Kami memberanikan diri untuk membaur dengan kebiasaan setempat (alias go local) dengan tinggal di rumah penduduk. Berbekal reservasi dari situs internet, kami mendapatkan tempat penginapan di Wessex Estate, kompleks hunian yang terdiri dari 26 bangunan apartemen tiga lantai peninggalan hunian militer Inggris dan 58 rumah kavling. Bangunan-bangunannya sederhana, hanya dicat putih dan hitam, diberi nomor dan nama. Di antaranya terhampar luas ruang terbuka hijau dan pohon-pohon besar yang rindang.
Tuan rumah kami adalah pasangan musisi yang sudah bermukim di sini selama lebih kurang sepuluh tahun. Apartemennya berada di lantai tiga. Luasnya lebih kurang 90-100 meter persegi dengan dua kamar. Sangat luas.
Lantainya dibiarkan dalam semen tanpa dilapis ubin. Dinding putih dengan dekorasi minimal. Perabot bergaya modern dan elegan dipadu aksen tradisional seperti batik dan gamelan yang tidak terpakai lagi. Kombinasi warna minimal seperti biru laut, cokelat, krem dan abu-abu membuatnya semakin elegan namun tetap nyaman sebagai tempat tinggal. Di depan kamar kami ada balkon yang digunakan bersama oleh dua kamar, dengan perabotan kayu warisan orang tua dan tanaman-tanaman pot yang kecil.
Tempat yang sempurna untuk meminum teh sore atau kopi pagi!
Menghabiskan enam malam di apartemen ini membuat kami merasa tenang dan mudah istirahat setelah seharian bepergian. Tidak ada hiruk-pikuk kendaraan bermotor, yang ada hanya suara jangkrik dan burung. Akses ke daerah ini memang tidak semudah jika ia berada di pinggir jalan utama. Kami harus melalui jalan setapak panjang yang melintasi bekas rel kereta api yang dahulu menghubungkan kereta api ke stasiun utama (yang kemudian dipindah). Selain itu ada juga bis ke stasiun subway terdekat yang berangkat setiap 30 menit. Tapi tak apa, menurut kami lokasi yang sedikit terpencil ini justru menjadi berkah tersendiri.
Setiap pagi dan malam selalu ada mereka yang berolahraga atau berjalan-jalan bersama anjingnya. Lampu jalan berwarna kuning dibiarkan agak redup, tetapi tetap memberi kesan aman di malam hari. Jarak antara bangunan yang jauh semakin menambah ketenangan.
Jika lapar, jalan sedikit ada beberapa tempat untuk berwisata kuliner. Datanglah ke Portsdown Rd. atau Whitchurch Rd. Ada Colbar, sebuah kafe (atau lebih tepatnya, kantin) yang menyajikan makanan favorit dari Inggris seperti fish and chips selain makanan lokal seperti kari ayam dan nasi ayam hainan. Tentu, yang paling populer adalah bir.
Di dekat Colbar terdapat beberapa jajanan lain seperti Laurent Bernard Chocolatier, kafe yang menjual brunch lezat serta berbagai produk coklat dan kue yang patut dicoba. Tepat di sebelahnya terdapat Ristorante Pietresanta, makanan Italia khas Tuscan yang dapat menjadi alternatif makan malam.
Saran kami, mulailah dengan Colbar untuk bersantai sore dengan makanan ringan, lalu beranjak ke Pietresanta untuk makan malam, dan berakhir di Laurent Bernard untuk pencuci mulut. Yum!
Semua ini terdapat di tengah ruang hijau kota yang menjauhkan kami dari kesibukan serta kebisingan kota yang padat ini.
Siapa sangka, Wessex Estate bukanlah sebuah lokasi di negeri nun jauh di Inggris sana, tetapi di negara tetangga kita, Singapura. Jika Anda penasaran, daerah ini bisa diakses dari stasiun MRT Commonwealth atau one-north atau bis No. 61. Jika Anda berminat menjauhi hiruk-pikuk daerah turis dan menjadi penduduk lokal, daerah ini amat direkomendasikan.
Sigit Adinugroho mengisi blog perjalanan www.ranselkecil.com.
Posting Komentar