Shigeru Miyamoto (foto: Mashable)
SIAPA tak mengenal
Nintendo. Konsol game jenius yang lahir tahun 1980-an itu, pernah menjadi idola
anak dan remaja. Terlebih konsol ini sukses menjadikan game dengan penjualan
terbanyak dalam era 16 bit (atau mencapai 49 juta unit).
Kini, sekilas
Nintendo terlupakan, terlebih dengan hadirnya sejumlah konsol game seperti
Playstation atau Xbox yang terus melakukan inovasi, dan seakan menggilas
game-game lama.
Meski kala itu
Nintendo memiliki pengaruh besar terhadap desain pengalaman dan interaksi
pemain dan game yang dimainkannya. Bahkan sangat pantas bila Nintendo
disejajarkan dengan Apple, Microsoft, Xerox dan sebagainya.
Shingeru Miyamoto
(sang desainer) game untuk perusahaan debutan Jepang itu, kali pertama
memperkenalkan
game di Nintendo
dengan segala kecanggihannya.
Ia pun memikirkan
bagaimana bisa menghadirkan game berteknologi canggih, mulai dari mengenalkan
struktur naratif pada video game hingga meluncurkan piranti keras yang memicu
revolusi tampilan antarmuka.
Satu hal yang
patut diacungi jempol berkaitan dengan inovasi terbesar yang dibawa Miyamoto ke
dalam industri game adalah pemopuleran struktur naratif. Mungkin hal ini tidak
begitu hebat saat ini, tapi pada masanya, pemikiran soal struktur naratif pada
video game merupakan sesuatu yang revolusioner.
Pasalnya sebelum
pengembangan yang dilakukan Miyamoto, gameplay cenderung berpusat pada ide
meraih skor tertinggi.
Kesuksesan pertama
Miyamoto dalam game naratif adalah cerita tentang cinta segitiga antara seorang
tukang kayu, wanita dan seekor gorila. Ketika pertama kali disodorkan Miyamoto
pada Head Enginer Nintendo saat itu, Gunpei Yoko tidak langsung diterima.
Meskipun pada akhirnya game ini disebut sebagai Donkey Kong dan menjadi
kesuksesan pertamanya.
Dari Dingdong
Menurut Wikipedia,
game ini bermula dari pengembangan game arcade (dingdong) Radar Scope pada
1980. Kurun waktu ini merupakan pertama kalinya Miyamoto membantu pengembangan
game di Nintendo. Game tersebut memperoleh sambutan cukup hangat di Jepang,
namun pada 1981, usaha Nintendo membawa game itu ke Amerika Utara gagal total
dan menyisakan sejumlah besar perangkat yang tak laku. Bahkan, keuangan
Nintendo hampir runtuh.
Presiden Nintendo
saat itu, Hiroshi Yamauchi memutuskan untuk melakukan konversi game Radar Scope
yang tidak terjual menjadi game baru. Dia memberikan tugas itu pada Shigeru
Miyamoto bersama Gunpei Yokoi yang bertugas mengawasi proyek.
Inspirasi kisah
cinta segitiga Miyamoto berasal dari film Popeye yang berkisah tentang
persaingan Popeye dan Bluto untuk meraih hati Olive Oyl. Dalam gagasan
Miyamoto, Bluto berevolusi menjadi gorila, wujud yang baginya terlihat tidak
terlalu jahat atau menjijikkan. Gorila ini adalah hewan peliharaan tokoh
utamanya yaitu Jumpman, pria yang berkarakter lucu dan santai.
Selain Popeye,
Miyamoto juga terinspirasi pada Beauty and the Beast serta film King Kong tahun
1933.
Dia sangat
berharap pada proyek baru ini tapi tidak memiliki kemampuan untuk memrogramnya
sendiri. Sebagai gantinya, Miyamoto menggarap konsep game kemudian
mengonsultasikannya pada teknisi mengenai mungkin atau tidaknya mewujudkan ide
tersebut.
Namun, Yokoi
menilai desain orisinil Miyamoto terlalu rumit. Ide berikutnya dari Miyamoto
adalah menggunakan model platform dan tangga untuk pergerakan karakter,
ditambah dengan gentong sebagai rintangan.
Amerika Tak
Merespon
Ketika game
tersebut dikirim ke Amerika untuk uji coba, Sales Manager di sana membencinya
karena terlalu berbeda dibandingkan game teka-teki dan tembak menembak yang
sedang populer.
Namun di sisi
lain, Donkey Kong berhasil meraih kesuksesan dan membuat Miyamoto mengerjakan
sekuelnya, Donkey Kong Jr. serta Donkey Kong 3. Selanjutnya, Miyamoto membawa
tokoh utama Donkey Kong, Jumpman ke dalam permainan baru berjudul Mario
sekaligus memberinya saudara baru bernama Luigi. Dia menamai game ini Mario
Bros.
Selain kedua game
itu, Miyamoto juga mendesain game Legend of Zelda yang terinspirasi dari
petualangan masa kecilnya di Sonobe, Jepang. Miyamoto kecil berpetualang
melalui hutan-hutan, danau dan gua sementara itu pengalaman tersebut menjelma
game Legend of Zelda.
Donkey Kong, Mario
Bros dan Legend of Zelda, kini telah dikenal sebagai franchise video game
paling sukses sepanjang waktu.
"Satu hal
mengenai desain game saya adalah saya tidak pernah mencoba untuk mencari apa
yang diinginkan orang dan mencoba megadopsinya pada desain game. Saya selalu
mencoba menciptakan pengalaman baru yang menyenangkan untuk bermain," ujar
Miyamoto dalam sebuah wawancara dengan Entertainment Weekly ketika ditanya
apakah dirinya khawatir menjadi jauh dengan selera gamer muda Amerika.
Sumber: Mashable,
Wikipedia, Entertainment Weekly
Posting Komentar