Penulis : Kurnia Sari Aziza
KOMPAS/LASTI KURNIAMaket MRT (mass rapid transportation) yang rencananya akan dibangun di Jakarta dipamerkan di pameran sosialisasi MRT di Pusat Perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (27/9/2012). Sosialisai proyek MRT dilakukan di tujuh pusat perbelanjaan di Jakarta hingga akhir bulan ini.
Editor :
Laksono Hari W
KOMPAS/LASTI KURNIAMaket MRT (mass rapid transportation) yang rencananya akan dibangun di Jakarta dipamerkan di pameran sosialisasi MRT di Pusat Perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (27/9/2012). Sosialisai proyek MRT dilakukan di tujuh pusat perbelanjaan di Jakarta hingga akhir bulan ini.
JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo masih belum dapat memutuskan kelanjutan megaproyek transportasi massal berbasis rel (mass rapid transit/MRT). Sudah tiga kali Jokowi mendengarkan pemaparan dari PT MRT Jakarta, tetapi ia mengaku masih bingung untuk memutuskan apakah ia akan melanjutkan proyek tersebut atau tidak.
Sebelum mengambil putusan final, Jokowi berencana memanggil kembali PT MRT Jakarta untuk memaparkan megaproyek tersebut. "Ini nanti saya panggil lagi. Kalau kemarin saat pemaparan, kan, dipanggil banyak orang-orang itu. Sebenarnya yang pening itu bukan saya. Yang pening itu dirut-nya PT MRT Jakarta dong kalau seperti kemarin," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Kamis (29/10/2012).
Dari awal hingga sekarang, Jokowi masih belum menangkap kejelasan soal return of investment (ROI), jumlah penumpang, dan rute yang akan ditempuh MRT. Ada juga masalah-masalah non-teknis, terutama terkait dampak sosial dan lingkungan atas pembangunan MRT.
Jokowi berharap sosialisasi dan pemaparan PT MRT Jakarta itu agar tidak hanya dilakukan secara top down sehingga perlu melibatkan warga. Jika keputusan diambil secara sepihak, hal itu dapat memicu keresahan warga sebagaimana terjadi pada pertemuan terbuka di Balaikota Jakarta, Rabu (28/11/2012).
Permasalahan lain yang masih menjadi ganjalan Jokowi adalah soal tarif yang mencapai Rp 15.000 untuk rute Lebak Bulus hingga ke Bundaran Hotel Indonesia (HI). "Nah, yang saya mau tanyakan itu juga kepada dirut (MRT) besaran tarifnya karena investasinya besar, triliunan rupiah," katanya.
Besaran tarif tersebut, kata Jokowi, mungkin tidak akan menimbulkan masalah selama lima tahun ke depan. Namun, menurut dia, tetap saja Pemprov DKI harus dapat memberikan subsidi untuk pengoperasionalan MRT, seperti busway yang masih terus diberi subsidi hingga saat ini.
Terkait deadline pengerjaan MRT, Jokowi menyatakan akan ada target waktunya. Namun, Jokowi enggan menyampaikan kapan deadline pengerjaan MRT tersebut.
Saat pemaparan pertama, Senin (22/10/2012), PT MRT Jakarta memberikan pemaparan dalam rapat pimpinan (rapim) yang dipimpin langsung oleh Jokowi. Namun, sebelum rapim selesai, PT MRT Jakarta sudah keluar ruangan terlebih dahulu. Pada pemaparan kedua, Selasa (30/10/2012), giliran Jokowi keluar ruangan sebelum PT MRT Jakarta selesai memberikan pemaparan. Saat itu, ia mengatakan ada pertemuan dengan Kementerian Perhubungan. Posisi Jokowi kemudian digantikan oleh Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Pemaparan terakhir adalah pada Rabu kemarin. Pemaparan MRT itu dihadiri oleh pemerintah pusat, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI Jakarta, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, pemerhati transportasi, dan warga Fatmawati, Jakarta Selatan. Pertemuan itu berlangsung alot. Setelah sekitar dua jam pemaparan terbuka itu berlangsung, Jokowi masih tutup mulut dan ia keluar ruangan untuk mengecek kondisi warga di Cilincing, Jakarta Utara.
Laksono Hari W
Posting Komentar